MEMBACA
NONSASTRA
A.
Memaknai Kata/Istilah
Kesalahan
penggunaan kata-kata atau istilah akan menimbulkan penafsiran yang berbeda.
Kata-kata atau istilah yang digunakan dapat berupa kata baku, kata bersinonim,
kata berantonim, kata bermakna konotasi, dan kata yang mengalami perubahan
makna.
Istilah
berhubungan dengan pengungkapan makna konsep, proses, keadaan, atau sufat di
bidang tertentu. Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN
adalah makna leksikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan kamus
bahasa Indonesia.
B.
Menemukan gagasan utama/gagasan
pokok/ide pokok.
Gagasan
pokok/ide pokok merupakan gagasan yang menjiwai paragraf. Gagasan pokok dapat
mudah ditemukan dengan menjawab pertanyaan "Paragraf tersebut membahas mengenai
apa?", jawaban pertanyaan tersebut merupakan gagasan pokok.
Gagasan
utama atau ide pokok paragraf adalah
ringkasan dari kalimat utama. Gagasan utama bersifat luas/umum dan masih
membutuhkan penjelasan.
Langkah-langkah
mencari gagasan utama adalah:
a. Fokuskan
perhatian kita pada kalimat nomor 1 dan 5.
b. Bandingkan
kalimat 1 dan 5 untuk menentukan Kalimat utamanya (nomor 1 atau nomor 5).
c. Setelah
kalimat utamanya ditemukan, maka cari kata-kata kunci dari kalimat tersebut,
sehingga ide pokok paragrafnya ditemukan.
Jenis
penalaran paragraf
Paragraf
Deduktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf.
Pargraf
seperti ini diawali dengan penyajian hal yg umum disertai,dijelaskan dan
diakhiri oleh hal atau sikap yang berlaku khusus. Berbentuk piramida terbalik.
Paragraf
Induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf.
Paragraf
seperti ini diawali dengan hal yg bersifat khusus berupa penjelasan-penjelasan
spesifik atau pemberian contoh-contoh dan diakhiri dengan kesimpulan umum yang
merupakan inti wacana (gagasan utama). Berbentuk piramida.
Paragraf
Induktif terdiri atas:
a.
Paragraf
generalisasi: diawali dengan penjelasan2 khusus dan diakhiri dgn kesimpulan
umum
b.
Paragraf
sebab akibat: ada hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
c.
Paragraf
analogi: diawali dengan penjelasan2 yang membandingkan suatu hal atau objek dan
diakhiri dengan kesimpulan umum.
Kalimat
penjelas adalah pernyataan khusus, perincian atau bagian-bagian yang menunjang
/ menjelaskan kalimat utama. Sebagai tambahan, berikut ciri-ciri dari kalimat
penjelas:
a.
Uraian-uraian
kecil
b.
Contoh-contoh
c.
Peristiwa
ilustrasi
d. Kutipan-kutipan
C.
Menyimpulkan Isi tersirat Teks
Nonsastra
Simpulan
adalah suatu pernyataan yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari
kalimat penjelas dengan kalimat sendiri. Intinya, simpulan kata-katanya tidak
harus sama persis dengan wacana.
Misalnya
paragraf diibaratkan terdiri dari lima kalimat. Untuk menemukan simpulan
dan isi paragraf tersebut, perhatikan langkah-langkah berikut ini:
1. Fokuskan perhatian kita pada kalimat
terakhir (no.5), jika kalimat terakhir tersebut
mencakup keseluruhan ide
pada paragraf tersebut, maka kalimat terakhir tersebut
merupakan Simpulan dari paragraf tersebut.
2. Jika, pada kalimat terakhir tidak
mencerminkan ide yang mencakup seluruh gagasan
dari paragraf
tersebut, maka pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan
kata-kata kunci yang
tersebar pada seluruh paragraf tersebut. Simpulan juga dapat
diketahui dengan
menggunakan pertanyaan, Apa yang dibicarakan di dalam paragraf
tersebut.
Contoh:
Berbagai macam industri
menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar untuk menggerakan mesin-mesin
pabrik. Alat-alat transportasi, baik darat, laut maupun udara juga menggunakan
minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Sumber energi lain, seperti gas bumi,
batubara memang merupakan sumber energi yang penting pula. Namun,baik dilihat
dari segi nilai ekonomis maupun praktis, minyak bumi masih merupakan sumber
energi utama di samping gas bumi maupun batu bara. Sampai sekarang, minyak bumi
masih merupakan energi yang utama.
Kalimat simpulan paragraf tersebut
adalah ….
A. satu
D.empat
B. dua
E. lima
C. tiga
Pembahasan:
Fokus pertama adalah pada kalimat nomor
5: Sampai sekarang, minyak bumi masih merupakan energi yang utama. Kalimat ini
merupakan simpulan paragraf di atas karena seluruh kalimat membicarakan tentang
minyak bumi sebagai bahan bakar energi. sementara di kalimat terakhir tampak
jelas bahwa minyak bumi sebagai bahan energi utama.
Jadi, Jawabannya: E. 5
D. Menemukan inti kalimat.
Cara menemuka inti kalimat adalah
dengan cara membaca teks secara global (skimming).
E.
Mengomentari pendapat yang terdapat
pada teks
Komentar
atau tanggapan adalah sambutan terhadap peristiwa, masalah, ucapan, pendapat,
atau gagasan yang dapat berupa pernyataan setuju, tidak setuju, suka, tidak
suka, atau menambahkan pendapat.
a.
Menentukan tanggapan logis dan
tanggapan yang sesuai dengan isi paragraf.
Tanggapan
logis: tanggapan yang masuk akal dan dapat diterima nalar.
Tanggapan
positif: tanggapan yang bersifat optimis, santun, dan tidak mencela.
Tanggapan
negatif: bersifat pesimis dan cenderung kurang santun.
b.
Menentukan kalimat yang berbentuk
opini/fakta dalam paragraf.
Fakta:
sesuatu (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan.
Kunci:
logis (masuk akal), objektif (apa adanya), faktual (berdasarkan
kenyataan/kebenaran)
Opini:
pendapat, pemikiran, asumsi (perkiraan/ramalan), ditandai dengan penggunaan
kata-kata yang bersifat subjektif, seperti sebaiknya, mungkin, barangkali,
menurut pendapat saya, baik, buruk, mudah, sukar, jahat, indah, dsb.
F.
Menunjukkan Bukti dari Simpulan
Cara
menunjukkan bukti dari sebuah simpulan adalah dengan membaca simpulan lalu
cermati teks hingga menunjukkan bukti yang sesuai.
MEMBACA SASTRA
A.
Menentukan Kata yang Bermakna
Simbolik/Majas/ Kias dalam Karya Sastra
Majas
atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang dalam mempergunakan
bahasa sehingga menimbulkan efek tertentu. Da beberapa majas yang sering muncul
dalam soal UN SMK, walaupun tidak tertutup kemungkinan majas lainnya bisa saja
muncul. Majas yang sering muncul dalam soal UN antara lain: personifikasi,
hiperbola, anafora, epifora, paralelisme. Pleonasme, metonimia, perumpamaan,
paradoks, sinekdokhe (par prototo dan totem proparte), majas sindiran,
repetisi, tautologi, antitesis, klimaks, antiklimaks, litotes, metafora.
Berikut
penjelasan tentang beberapa majas:
1.
Perumpamaan/ Simile
Majas
perumpamaan/simile adalah majas yang mengungkapkan hal yang berbeda seolah-olah
dianggap sama. Majas ini menyamakan satu hal dengan mempergunakan kata-kata
pembanding: seperti, bagai, sebagai, bak, semisal, dan seumpama.
Contoh
:
Mereka
selalu bertengkar bagai anjing dengan kucing.
2. Metafora.
Metafora
seperti majas perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding.
Contoh:
-
Raja siang mengiringi pengajian itu.
-
Aku ini binatang jalang
3. Alegori
Alegori
adalah majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh,
perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh (cerita kiasan). Kata-kata
dalam alegori biasanya mengandung pelajaran.
Contoh:
-
Berhati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu, mengarungi lautan penuh bahaya,
batu karang, gelombang dan badai
4. Personifikasi
Majas yang menyamakan benda dengan
manusia, benda-benda mati dibuat dapat berperilaku, berpikir, dan sebagainya
seperti manusia.
Contoh
:
- Angin
berbisik-bisik di kegelapan malam.
5. Metonimia
Majas
perbandingan yang menggunakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan
sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan
benda keseluruhan. Metonimia disebut juga kiasan pengganti nama.
- Kakak
sedang menghisap Sampoerna
6. Sinekdok
Majas yang menyebutkan suatu bagian
yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri. Majas sinekdok
ada 2, yaitu:
a. Pars
Proto (sebagian objek untuk menunjukkan keseluruhan)
-
Sudah
lama tidak kelihatan batang hidungnya.
b. Totem
Proto (keseluruhan untuk menunjukkan sebagian)
-
Dalam
kesebelasan itu Indonesia unggul 3 – 0 melawan Thailand.
7. Eufemisme
(ungkapan pelembut).
Majas
perbandingan yang melukiskan suatu dengan kata-kata yang lebih lembut
(terkadang menggunakan ameliorasi) untuk menggantikan kata-kata yang dirasa
kasar sehingga tidak menyinggung orang lain.
-
Orang itu kini telah berubah akal (gila)
-
Pramuniaga melayani pelanggannya (penjaga toko)
8. Hiperbola
Majas yang mengungkapkan suatu hal
berlebihan dari kenyataan.
- tangisnya
membanjiri bumi.
9. Litotes
Majas yang mengungkapkan sesuatu lebih
rendah dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
- Singgahlah
ke gubuk kami.
10. Ironi
Majas sindiran yang melukiskan sesuatu
yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk
menyindir orang (sindiran halus)
- Kota
itu sangatlah indah dengan sampah-sampahnya
11. Pleonasme
Majas penegasan yang menggunakan
sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata
tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan/menggunakan kata yang
boros untuk menegaskan sesuatu.
Contoh:
-
Peristiwa itu ku saksikan dengan mata
dan kepalaku sendiri
-
mereka masuk ke dalam kelas.
12. Repetisi
Majas
penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata
berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Pengangguran itu setiap hari hanya mabuk, mabuk dan mabuk.
13. Paralelisme
Majas
penegasan seperti reptisi, tetapi dipakai dalam puisi.
Paralelisme
dibagi dalam dua jenis:
a. Anafora
: bila frasa atau kata yang diulang terletak di awal kalimat
Aku
manusia
Rindu
rasa
Rindu
rupa
b. Epifora
: bila kata atau frasa yang diulang terletak di akhir kalimat
Kalau
kau mau, aku akan datang
Jika
kau hendaki, aku akan datang
Bila
kau minta, akau akan datang
14. Tautologi
Majas
penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan yang sama
artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh:
Kehendak dan keinginannya akan
tercapai jika dia lebih giat lagi berusaha.
15. Klimaks
Majas
yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan uturutan
kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh:
Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut senam pagi.
16. Anti klimaks
Majas
yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan uturan
kata-kata yang makin lama makin melemah pengertiannya.
Contoh:
Toko itu menyediakan kebutuhan orang tua, remaja, anak-anak, dan balita.
17. Retorik
Majas
mempergunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban
karena sudah diketahuinya.
Contoh:
Inikah yang dinamakan cinta?
18. Antitesis
Majas
yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang
berlawanan arti (antonim).
Contoh:
Kaya miskin, tua muda, besar kecil, semua adalah mahluk Tuhan
19. Paradoks
Majas
pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud
sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh:
di dalam keramaian aku masih merasa sepi.
B.
Mengidentifikasi Unsur Karya Sastra dan
Memaknai Isi Tersurat dalam Karya Sastra
Isi
tersurat dari karya sastra dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsiknya. Unsur
intrinsik cerpen dan novel adalah sebagai berikut
1.
Unsur Cerpen/Novel
a. Unsur
Intrinsik
Unsur
instrinsik merupakan unsur yang membangun cerita dari dalam. Unsur
instrinsik cerpen dan novel sebagai berikut.
1) Tema
: pokok pikiran pengarang atau inti sari cerita.
2) Amanat
: pesan yang disampaikan pengarang
3) Alur
: rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dasar hubungan sebab
akibat.
Tahapan
alur meliputi:
a)
Tahap
pengenalan situasi
Pada
tahap ini dibicarakan hal-hal sebagai berikut :
tempat
kejadian cerita
waktu
terjadinya cerita
tokokh-tokoh
yang ditampilkan dan hubungan antar tokoh tersebut
b)
Tahapan
konflik (pertikaian)
Tahapan
ini diperlihatkan adanya pertikaian-pertikaian, baik pertikaian yang terjadi
dalam diri tokoh, maupun pertikaian tokoh utama dengan tokoh yang lain.
c)
Klimaks
Pada
tahapan ini pertikaian yang terjadi dalam cerita mulai meruncingdan memuncak.
d)
Tahap
Peleraian (antiklimaks)
Tahap
ini pertikaian mulai diturunkan dengan adanya solusi/pemecahan masalah yang
timbul. Suspen dibuat menurun sehingga ketegangan mulai mereda.
e)
Tahap
Penyelesaian
Tahap
ini pengarang memperlihatkan tokoh utama utama tersebut bertindak untuk
menyelesaikan pertikaian yang dihadapinya. Penyelesaian ini dapat berakhir
menyenangkan (happy ending) atau
menyedihkan.
4) Perwatakan/penokohan
: cara pengarang menggambarkan watak tokoh
5) Latar
Latar
adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana sebagai lokasi
dan situasi yang melingkungi tokoh-tokoh dalm cerita
6) Gaya
bahasa :corak bahasa yang digunakan
7) Sudut
pandang : cara pandang pengarang dalam membawakan cerita
8) Konflik
: masalah ynag terdapat dalam cerita
Konflik
berkaitan erat dengan peristiwa. Konflik merupakan kejadian untuk
pengembangan plot. Konflik ditentukan oleh kehadiran masalah dalam cerita.
Masalah tersebut membuat cerita menjadi hidup.
b. Unsur ekstrinsik cerpen/novel.
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara
tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur
ekstrinsik berperan sebagai unsur yang memengaruhi bagun sebuah cerita.
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa
unsur.
1)
Keadaan
subjektivitas individu pengarang misalnya: keyakinan, dan pandangan
hidup
2)
Keadaan
psikologis, pengarang, pembaca, atau penerapan prinsip psikologis dalam
karya.
3)
Keadaan
lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4)
Pandangan
hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
2. Unsur Drama
Drama
merupakan jenis atau genre karya sastra yang berbentuk percakapan. Unsur
drama sebagai berikut.
a. Tema
yaitu inti cerita
b. Amanat
yaitu pesan yang ada dalam drama
c. Alur
yaitu rangkaian peristiwa dalam drama
d. Perwatakan
yaitu watak tiap-tiap tokoh
e. Konflik
merupakan masalah dalam drama
f. Percakapan
yiatu dialog para pemain
g. Tata
artistik yaitu setting panggung
h. Casting
yiatu pemilihan pemeran yang tepat
i.
Acting
yaitu perilaku para pemain di panggung
MENULIS
TERBATAS
A.
Mengisi Teks Rumpang dengan Istilah
yang Tepat Sesuai Konteks
Suatu
ilustrasi/bacaan biasanya disampaikan mellalui kat-kata atau istilah dengan
makna yang lugas. Akan tetapi, ilustrasi juga dapat disampaikan dengan kata-kata
yang bermakna kias, misalnya dengan menggunakan ungkapan (idiom) atau
peribahasa.
Ungkapan
(idiom) adalah kata atau gabungan kata dengan makna khusus dan tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa atau situasi lain.
Contoh:
Ia telah pergi untuk selama-lamanya
Kata
“pergi” merupakan ungkapan yang berarti “meninggal”
Peribahasa
adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan
sesuatu dan berisi pelajaran hidup.
B.
Melengkapi Unsur Teks Eksposisi
Karangan
Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi keterangan,
menjelaskan, memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
Ciri-ciri/karakteristik
karangan Eksposisi
Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
Menunjukkan analisis atau penafsiran secara
objektif terhadap fakta yang ada
Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses
kerja sesuatu
C.
Melengkapi Unsur Teks Deskripsi
Karangan
Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu seakan-akan
pembaca melihat, mendengar, merasakan, mengalaminya sendiri.
Ciri-ciri
/ karakteristik karangan deskripsi
Melukiskan atau menggambarkan suatu
objek tertentu
Bertujuan untuk menciptakan kesan atau
pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan,
mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek yang dideskripsikan
Sifat penulisannya objektif karena
selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa tempat, manusia, dan
hal yang dipersonifikasikan
Penulisannya dapat menggunakan cara
atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap
penulis
D.
Melengkapi Unsur Teks Narasi dan
Mengurutkan peristiwa dalam cerita
Karangan narasi ialah karangan yang menyajikan serangkaian
peristiwa yang biasanya disusun menurut urutan waktu. Yang
termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi,
otobiografi.
Ciri-ciri/karakteristik
karangan Narasi
Menyajikan serangkaian berita atau
peristiwa
Disajikan dalam urutan waktu serta
kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir
Menampilkan pelaku peristiwa atau
kejadian
E.
Melengkapi unsur karya sastra lama
(pantun)
Pantun
adalah bentuk puisi lam yang terdiri dari empat larik dengan rima ab-ab
Ciri-ciri
pantun adalah sebagai berikut:
1.
Tiap
baris terdiri dari emapt baris
2.
Tiap
baris terdiri 8-10 suku kata atau 4 hingga 5 kata
3.
Bersajak
ab-ab
4.
Baris
pertama dan kedua merupakan sampiran
5.
Baris
ketiga dan keempat merupakan isi
F.
Melengkapi Unsur
Ulasan (Cerpen, Novel Atau Film)
Teks
ulasan film atau resensi film adalah karangan yang berisi ulasan, pertimbangan,
atau pembicaraan suatu karya (mis: film). Teks ulasan terkadang disajikan tidak
lengkap atau rumpang. Untuk melengkapinya, Anda harus memahami isi teks.
Kalimat yang tepat untuk mengisi teks yang rumpang adalah kalimat yang
berkaitan dengan kalimat sebelum dan sesydahnya. Caranya, Anda harus menemukan
kata/kalimat kunci yang bisa dijadikan jembatan untuk menghubungkan maksud
cerita.
G.
Melengkapi Unsur Teks Prosedur (Langkah)
dan Mengurutkan Langkah-langkah pada Teks Prosedur
Teks
prosedur adalah jenis teks yang menjelaskan sebuah proses/langkah-langkah dalam
membuat atau mengoperasikan sesuatu. Biasanya untuk indikator ini, pertanyaan
yang akan muncul pada soal UN adalah “pernyataan yang sesuai atau pernyataan
yang tidak sesuai dengan teks prosedur” atau “menyusun teks prosedur”. Jadi
dalam menjawab soal seperti ini hati-hatilah dengan kata “sebelum” dan
“sesudah”.
Struktur
teks prosedur terdiri atas tujuan dan langkah-langkah. Tujuan adalah hasil
akhir yang akan dicapai. Sedangkan langkah-langkah adalah cara-cara yang
ditempuh agar tujuan tercapai.
Sebuah
paragraf terkadang disajikan rumpang atau tidak lengkap. Sebuah paragraf
rumpang dapat dilengkapi dengan kata, frasa, atau kalimat. Kata, frasa, atau
kalimat yang digunakan untuk melengkapi paragraf rumpang harus sesuai dengan
isi paragraf.
H.
Memvariasikan Kata dan Kalimat yang
Bermakna Sama
Beberapa
jenis kata memiliki variasi kata yang bermakna sama, yaitu:
1.
Sinonim
Sinonim adalah beberapa kata yang
memiliki bentuk berbeda tetapi memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonim
disebut juga persamaan kata.
2.
Konotasi
Konotasi adalah kata-kata yang
menimbulkan nilai rasa (halus atau kasar) pada seseorang atau makna yang bukan
sebenarnya.
Contoh:
Makna
denotasi (sebenarnya)
|
Makna
Konotasi (makna tambahan)
|
Mati
|
Meninggal, gugur, mampus
|
Kelompok
|
Komplotan, gerombolan
|
Bekas
|
Mantan, eks
|
Konotasi ada dua, yaitu:
a.
Ameliorasi,
yaitu kata-kata berkonotasi halus, baik, tinggi, dan positif.
b.
Peyorasi,
yaitu kata-kata berkonotasi kasar, buruk, rendah, dan negatif.
Contoh:
Ameliorasi
|
Peyorasi
|
Istri
|
bini
|
Tunanetra
|
buta
|
Tunawisma
|
gelandangan
|
I.
Menyusun Paragraf dari Beberapa Data
Pada
soal UN akan disajikan beberapa data seperti gagasan utama dan gagasan-gagasan
penjeles. Anda harus mampu menyusunnya menjadi paragraf yang padu. Agar
paragraf padu, digunakan kata hubung atau konjungsi yang tepat. Berikut ini
merupakan jenis-jenis kata hubung (konjungsi)
1.
Konjungsi
koordinatif
Contoh:
dan, serta, tetapi, sedangkan, melainkan, atau
2.
Konjungsi
korelatif
Contoh:
a.
baik…
maupun…
b.
tidak…tetapi…
c.
bukan…..melainkan…
d.
sedemikian….sehingga…..
e.
entah….entah…
f.
jangankan….pun
3.
Konjungsi
subordinatif
a.
konjungsi
waktu
ketika,
sejak, sambil, selagi, sesudah, sebelum
b.
konjungsi
urutan waktu
lalu,
selanjutnya, kemudian, setelah itu
c.
konjungsi
syarat
jika,
kalau, jikalau, apabila, asal, bila, manakala
d.
konjungsi
tujuan
agar
supaya, biar
e.
konjungsi
pengandaian
andai,
andaikata, seandainya, umpamanya
f.
konjungsi
perlawanan
biarpun,
walaupun, meskipun
g.
konjungsi
pembandingan
seperti,
seolah-olah, seakan-akan
h.
konjungsi
sebab
sebab,
oleh karena itu, oleh sebab itu, karena
i.
konjungsi
akibat/hasil
sehingga,
akibatnya, maka, sehingga, sampai
j.
konjungsi
atributif/perluasan
yang
k.
konjungsi
perbandingan
sama….
dengan…., lebih….daripada…
l.
konjungsi
komplemetif
bahwa
4.
konjungsi
antarkalimat
contoh:
oleh karena itu, walaupun demikian, akan tetapi, lagi pula, kecuali itu, selain
itu, disamping itu, bahwasanya
J.
Menyusun Simpulan dari Beberapa Data
1.
Pernyataan umum
Berisi penjelasan umum tentang hal yang
akan dibahas.
2.
Deretan
penjelas
Berisi penjelasan tentang sesuatu atau
data-data yang berkaitan dengan teks
3.
Interpretasi
Pengambilan kesimpulan dari pernyataan
umum dan deretan penjelas. Pada teks anekdot, interpretasinya berupa pelajaran
yang diperoleh dari cerita (koda)
MENYUNTING
KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF
A.
Mengidentifikasi Kesalahan Penggunaan
Kata
Dalam
menulis sebuah kalimat, paragraf atau bacaan, seseorang harus pandai dalam
pemilihan kata atau diksi yang tepat. Pemilihan kata yang tepat akan membuat
kalimat, paragraf, atau bacaan tersebut jelas dan maksudnya dapat dimengerti
orang lain. Diksi atau pilihan kata yang digunakan seseorang harus dapat
menyampaikan maksud orang tersebut. Selain itu menggunakan diksi yang sesuai,
kalimat, paragraf, atau bacaan dapat menggunakan ungkapan. Jika terdapat
kesalahan penggunaan kata harus dilakukan penyuntingan
Dalam
menyunting kata dalam paragraf, sebaiknya berpedoman pada KBBI, EyD, dan Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Kata yang disunting dalam paragraf berupa kata
tidak baku.
Contoh:
resiko, disunting menjadi risiko
B.
Mengidentifikasi kesalahan penggunaan
konjungsi
Konjungsi
yang dianggap tidak tepat dan harus disunting sebaiknya berpedoman pada kaidah
yang berlaku. Penyuntingan konjungsi memperhatikan makna dan maksud kalimat.
C.
Mengidentifikasi kesalahan penggunaan
kalimat dan memperbaiki kesalahan penggunaan kalimat (kalimat rancu, ambigu,
pemborosan, tidak logis, tidak lengkap)
Kalimat
dianggap tidak tepat dan harus diperbaiki jika tidak efektif. Beberapa sebab
terjadinya kalimat tidak efektif adalah sebagai berikut:
a.
Makna
tidak logis: ia adalah pemenang terbaik ketiga, saya saling bersalaman
b.
Bentuk
kata tidak sejajar: kata yang sejajar biasanya menggunakan imbuhan yg sama
c.
Menggunakan
subjek ganda: majalah itu saya sudah baca
d.
Bentuk
jamak yang diulang atau berlebihan (pemborosan): para majelis guru-guru
e.
Penggunaan
kata depan dan kata tugas yang tidak perlu
f.
Salah
nalar: yang punya HP mohon harap dimatikan
g.
Pengaruh
bahasa daerah atau bahasa asing.
h.
Kerancuan:
nilainya sangat baik sekali
D.
Mengartikan Kata
Dalam mengartikan kata dibutuhkan
pengetahuan yang luas. Untuk itu Anda harus sering membaca. Selain itu,
latihlah penalaran agar mudah dalam mengartikan kata
E.
Menggunakan istilah dalam kalimat
Pada
indikator ini biasanya disajikan paragraf rumpang. Anda diperintahkan mengisi
paragraf atau kalimat yang rumpang dengan istilah yang tepat.
F.
Menggunakan kata bentukan (mengisi
sesuai kaidah bentukan kata)
1.
Penggunaan verba material, relasional,
dan mental
a.
Verba
material adalah verba yang menunjukkan fisik atau peristiwa.
Contoh:
Ayah menelan obat penyakit demam.
b.
Verba
relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas.
Contoh:
Para pengedar narkoba mempunyai pangsa
pasar tersendiri.
c.
Verba
mental adalah verba yang digunakan untuk mengajukan klaim.
Contoh:
Menurut pendapat saya, pengedaran
narkoba di Indonesia sudah dikategorikan siaga satu.
2.
Menentukan kata bermakna proses atau
hasil
a.
Kata
berimbuhan ke-an sering digunakan untuk menandai informasi proses.
b.
Kata
berakhiran -an sering dipakai untuk menandai hasil.
MENYUNTING EJAAN DAN TANDA BACA
A. Mengidentifikasi kesalahan penggunaan
ejaan (judul, sapaan/gelar, nama kota, kata depan)
1.
Penulisan judul
Judul
yang digunakan sebagai “kepala” karangan harus ditulis secara jelas dan tegas.
Judul karya ilmiah atau karya tulis ditulis dengan aturan sebagai berikut:
1)
Semua
huruf pertama setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital kecuali
huruf pertama kata depan (di, ke, dari) atau kata hubung (pada, dengan, dalam,
terhadap, untuk, yang, atau)
2)
Judul
yang berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital.
Contoh:
Penetapan Undang-Undang Ketatanegaraan
3)
Judul
yang berupa kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital untuk kata
pertamanya dan kata keduanya tidak diawali huruf kecil.
Contoh:
Manfaat Buah-buahan untuk Kesehatan
2.
Penulisan sapaan, gelar, dan singkatan
1)
Sapaan
Kata
sapaan digunakan untuk menyapa seseorang. Kata sapaan dibedakan menjadi kata
sapaan penunjuk kekerabatan dan kata sapaan hormat. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan
dan pengacuan menggunakan huruf kapital
Misalnya:
-
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
-
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
-
Surat Saudara sudah saya terima.
-
"Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.
-
Besok Paman akan datang.
-
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
-
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
2)
Gelar
dan Singkatan
- Gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang ditulis dengan
huruf kapital
Contoh:
Raden Mas Joko, Pendeta Johanes, Haji Sulaiman
- Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat huruf
pertamanya huruf kapital dan diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya:
-
A.S. Kramawijaya
-
Muh. Yamin .
-
M.B.A. master
of business administration
-
M.Sc. master of science
-
S.E. sarjana
ekonomi
-
S.Akt sarjana akuntansi
-
Bpk. Bapak
-
Sdr. Saudara
-
Kol. Kolonel
-
Yth. Yang terhormat
3.
Penulisan Kata depan (preposisi)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
-
Kain itu terletak di dalam lemari.
-
Bermalam semalam di sini.
-
Di mana Siti sekarang?
-
Mereka ada di rumah.
-
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
-
Ke mana saja ia selama ini?
-
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
-
Mari kita berangkat ke pasar.
-
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
-
Ia datang dari Surabaya kemarin.
2.
Mengidentifikasi kesalahan penggunaan
tanda baca
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
E. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
0 komentar:
Post a Comment