About

Pages

Thursday, April 12, 2018

Materi Ujian Kenaikan Kelas 2018 (Kelas XI)


MEMBACA NONSASTRA

A.      Memaknai Kata/Istilah
Kesalahan penggunaan kata-kata atau istilah akan menimbulkan penafsiran yang berbeda. Kata-kata atau istilah yang digunakan dapat berupa kata baku, kata bersinonim, kata berantonim, kata bermakna konotasi, dan kata yang mengalami perubahan makna.
Istilah berhubungan dengan pengungkapan makna konsep, proses, keadaan, atau sufat di bidang tertentu. Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah makna leksikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan kamus bahasa Indonesia.

B.      Menemukan gagasan utama/gagasan pokok/ide pokok.
Gagasan pokok/ide pokok merupakan gagasan yang menjiwai paragraf. Gagasan pokok dapat mudah ditemukan dengan menjawab pertanyaan "Paragraf tersebut membahas mengenai apa?", jawaban pertanyaan tersebut merupakan gagasan pokok.
Gagasan utama atau ide pokok paragraf adalah ringkasan dari kalimat utama. Gagasan utama bersifat luas/umum dan masih membutuhkan penjelasan.
Langkah-langkah mencari gagasan utama adalah:
a.       Fokuskan perhatian kita pada kalimat nomor 1 dan 5.
b.      Bandingkan kalimat 1 dan 5 untuk menentukan Kalimat utamanya (nomor 1 atau nomor 5).
c.       Setelah kalimat utamanya ditemukan, maka cari kata-kata kunci dari kalimat tersebut, sehingga ide pokok paragrafnya ditemukan.

Jenis penalaran paragraf
         Paragraf Deduktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf.
Pargraf seperti ini diawali dengan penyajian hal yg umum disertai,dijelaskan dan diakhiri oleh hal atau sikap yang berlaku khusus. Berbentuk piramida terbalik.
         Paragraf Induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf.
Paragraf seperti ini diawali dengan hal yg bersifat khusus berupa penjelasan-penjelasan spesifik atau pemberian contoh-contoh dan diakhiri dengan kesimpulan umum yang merupakan inti wacana (gagasan utama). Berbentuk piramida.
Paragraf Induktif terdiri atas:
a.       Paragraf generalisasi: diawali dengan penjelasan2 khusus dan diakhiri dgn kesimpulan umum
b.      Paragraf sebab akibat: ada hubungan sebab akibat atau akibat sebab.
c.       Paragraf analogi: diawali dengan penjelasan2 yang membandingkan suatu hal atau objek dan diakhiri dengan kesimpulan umum.

Kalimat penjelas adalah pernyataan khusus, perincian atau bagian-bagian yang menunjang / menjelaskan kalimat utama. Sebagai tambahan, berikut ciri-ciri dari kalimat penjelas:
a.       Uraian-uraian kecil
b.      Contoh-contoh
c.       Peristiwa ilustrasi
d.      Kutipan-kutipan
C.      Menyimpulkan Isi tersirat Teks Nonsastra
Simpulan adalah suatu pernyataan yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri. Intinya, simpulan kata-katanya tidak harus sama persis dengan wacana.
Misalnya paragraf diibaratkan terdiri dari lima kalimat. Untuk menemukan simpulan dan isi paragraf tersebut, perhatikan langkah-langkah berikut ini:
1. Fokuskan perhatian kita pada kalimat terakhir (no.5), jika kalimat terakhir tersebut 
   mencakup keseluruhan ide pada paragraf tersebut, maka kalimat terakhir tersebut 
    merupakan Simpulan dari paragraf tersebut. 
2. Jika, pada kalimat terakhir tidak mencerminkan ide yang mencakup seluruh gagasan 
    dari paragraf tersebut, maka pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan 
    kata-kata kunci yang tersebar pada seluruh paragraf tersebut. Simpulan juga dapat
    diketahui dengan menggunakan pertanyaan, Apa yang dibicarakan di dalam paragraf 
    tersebut. 

Contoh: 
Berbagai macam  industri menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar untuk menggerakan mesin-mesin pabrik. Alat-alat transportasi, baik darat, laut maupun udara juga menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Sumber energi lain, seperti gas bumi, batubara memang merupakan sumber energi yang penting pula. Namun,baik dilihat dari segi nilai ekonomis maupun praktis, minyak bumi masih merupakan sumber energi utama di samping gas bumi maupun batu bara. Sampai sekarang, minyak bumi masih merupakan energi yang utama.

Kalimat simpulan paragraf tersebut adalah ….
A.      satu                   D.empat
B.      dua                    E. lima
C.      tiga

Pembahasan: 
Fokus pertama adalah pada kalimat nomor 5: Sampai sekarang, minyak bumi masih merupakan energi yang utama. Kalimat ini merupakan simpulan paragraf di atas karena seluruh kalimat membicarakan tentang minyak bumi sebagai bahan bakar energi. sementara di kalimat terakhir tampak jelas bahwa minyak bumi sebagai bahan energi utama.
Jadi, Jawabannya: E. 5

D.      Menemukan inti kalimat.
Cara menemuka inti kalimat adalah dengan cara membaca teks secara global (skimming).

E.       Mengomentari pendapat yang terdapat pada teks
Komentar atau tanggapan adalah sambutan terhadap peristiwa, masalah, ucapan, pendapat, atau gagasan yang dapat berupa pernyataan setuju, tidak setuju, suka, tidak suka, atau menambahkan pendapat.
a.       Menentukan tanggapan logis dan tanggapan yang sesuai dengan isi paragraf.
Tanggapan logis: tanggapan yang masuk akal dan dapat diterima nalar.
Tanggapan positif: tanggapan yang bersifat optimis, santun, dan tidak mencela.
Tanggapan negatif: bersifat pesimis dan cenderung kurang santun.
b.      Menentukan kalimat yang berbentuk opini/fakta dalam paragraf.
         Fakta: sesuatu (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan.
Kunci: logis (masuk akal), objektif (apa adanya), faktual (berdasarkan kenyataan/kebenaran)
         Opini: pendapat, pemikiran, asumsi (perkiraan/ramalan), ditandai dengan penggunaan kata-kata yang bersifat subjektif, seperti sebaiknya, mungkin, barangkali, menurut pendapat saya, baik, buruk, mudah, sukar, jahat, indah, dsb.

F.       Menunjukkan Bukti dari Simpulan
Cara menunjukkan bukti dari sebuah simpulan adalah dengan membaca simpulan lalu cermati teks hingga menunjukkan bukti yang sesuai.



MEMBACA SASTRA
A.      Menentukan Kata yang Bermakna Simbolik/Majas/ Kias dalam Karya Sastra
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang dalam mempergunakan bahasa sehingga menimbulkan efek tertentu. Da beberapa majas yang sering muncul dalam soal UN SMK, walaupun tidak tertutup kemungkinan majas lainnya bisa saja muncul. Majas yang sering muncul dalam soal UN antara lain: personifikasi, hiperbola, anafora, epifora, paralelisme. Pleonasme, metonimia, perumpamaan, paradoks, sinekdokhe (par prototo dan totem proparte), majas sindiran, repetisi, tautologi, antitesis, klimaks, antiklimaks, litotes, metafora.
Berikut penjelasan tentang beberapa majas:
1.       Perumpamaan/ Simile
Majas perumpamaan/simile adalah majas yang mengungkapkan hal yang berbeda seolah-olah dianggap sama. Majas ini menyamakan satu hal dengan mempergunakan kata-kata pembanding: seperti, bagai, sebagai, bak, semisal, dan seumpama.
Contoh :
Mereka selalu bertengkar bagai anjing dengan kucing.

2.       Metafora.
Metafora seperti majas per­bandingan, hanya tidak mem­pergunakan kata-kata pembanding.
Contoh:
- Raja siang mengiringi pengajian itu.
- Aku ini binatang jalang

3.       Alegori
Alegori adalah majas perbandingan yang memper­lihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh (cerita kiasan). Kata-kata dalam alegori biasanya mengandung pelajaran.
Contoh:
- Berhati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu, mengarungi lautan penuh bahaya, batu karang, gelombang dan badai
4.      Personifikasi
Majas yang menyamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berperilaku, berpikir, dan sebagainya seperti manusia.
Contoh :
-    Angin berbisik-bisik di kegelapan malam.

5.       Metonimia
Majas perbandingan yang meng­gunakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Metonimia disebut juga kiasan pengganti nama.
-   Kakak sedang menghisap Sampoerna

6.       Sinekdok
Majas yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri. Majas sinekdok ada 2, yaitu:
a.       Pars Proto (sebagian objek untuk menunjukkan  keseluruhan)
-          Sudah lama tidak kelihatan batang hidungnya.
b.      Totem Proto (keseluruhan untuk menunjukkan  sebagian)
-          Dalam kesebelasan itu Indonesia unggul  3 – 0 melawan Thailand.


7.       Eufemisme (ungkapan pelembut).
Majas perbandingan yang melukis­kan suatu dengan kata-kata yang lebih lembut (terkadang menggunakan ameliorasi) untuk mengganti­kan kata-kata yang dirasa kasar sehingga tidak menyinggung orang lain.
-          Orang itu kini telah berubah akal (gila)
-          Pramuniaga melayani pelanggannya (penjaga toko)

8.       Hiperbola
Majas yang mengungkapkan suatu hal berlebihan dari kenyataan.
-  tangisnya membanjiri bumi.

9.       Litotes
Majas yang mengungkapkan sesuatu lebih rendah dengan kenyata­an yang sebenarnya guna merendah­kan diri.
-   Singgahlah ke gubuk kami.

10.   Ironi
Majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebalik­nya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang (sindiran halus)
-   Kota itu sangatlah indah dengan sampah-sampahnya

11.   Pleonasme
Majas penegasan yang mengguna­kan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan/menggunakan kata yang boros untuk menegaskan sesuatu.
        Contoh:
- Peristiwa itu ku saksikan dengan mata dan kepalaku sendiri
- mereka masuk ke dalam kelas.

12.   Repetisi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
         Contoh: Pengangguran itu setiap hari hanya mabuk, mabuk dan mabuk.

13.   Paralelisme
Majas penegasan seperti reptisi, tetapi dipakai dalam puisi.
 Paralelisme dibagi dalam dua jenis:
a.       Anafora : bila frasa atau  kata yang diulang terletak di awal kalimat
Aku manusia                                                         
Rindu rasa
Rindu rupa
b.      Epifora : bila kata atau frasa yang diulang terletak di akhir kalimat
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau hendaki, aku akan datang
Bila kau minta, akau akan datang

14.   Tautologi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu  dengan menggunakan  yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh: Kehendak dan keinginannya akan tercapai jika dia lebih giat lagi berusaha.

15.   Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal  berturut-turut dengan menggunakan uturutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut senam pagi.

16.   Anti klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan  uturan kata-kata yang makin lama makin melemah pengertiannya.
Contoh: Toko itu menyediakan kebutuhan orang tua, remaja, anak-anak, dan balita.

17.   Retorik
Majas mempergunakan  kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
Contoh: Inikah yang dinamakan cinta?

18.   Antitesis
Majas yang melukiskan sesuatu dengan  mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti (antonim).
Contoh: Kaya miskin, tua muda, besar kecil, semua adalah mahluk Tuhan

19.   Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: di dalam keramaian aku masih merasa sepi.

B.      Mengidentifikasi Unsur Karya Sastra dan Memaknai Isi Tersurat dalam Karya Sastra
Isi tersurat dari karya sastra dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik cerpen dan novel adalah sebagai berikut
1.       Unsur Cerpen/Novel
a.       Unsur Intrinsik
Unsur instrinsik merupakan unsur yang membangun cerita  dari dalam. Unsur instrinsik cerpen dan novel sebagai berikut.
1)      Tema   : pokok pikiran pengarang atau inti sari cerita.
2)      Amanat : pesan yang disampaikan pengarang
3)      Alur : rangkaian  peristiwa yang membentuk cerita dasar hubungan  sebab akibat.
Tahapan alur meliputi:
a)      Tahap pengenalan situasi
Pada tahap ini dibicarakan hal-hal sebagai berikut :
         tempat kejadian cerita
         waktu terjadinya cerita
         tokokh-tokoh yang ditampilkan dan hubungan antar tokoh tersebut
b)      Tahapan konflik (pertikaian)
Tahapan ini diperlihatkan adanya pertikaian-pertikaian, baik pertikaian yang terjadi dalam diri tokoh, maupun pertikaian tokoh utama dengan tokoh yang lain.
c)       Klimaks
Pada tahapan ini pertikaian yang terjadi dalam cerita mulai meruncingdan memuncak.
d)      Tahap Peleraian (antiklimaks)
Tahap ini pertikaian mulai diturunkan dengan adanya solusi/pemecahan masalah yang timbul. Suspen dibuat menurun sehingga ketegangan mulai mereda.
e)      Tahap Penyelesaian
Tahap ini pengarang memperlihatkan tokoh utama utama tersebut bertindak untuk menyelesaikan pertikaian yang dihadapinya. Penyelesaian ini dapat berakhir menyenangkan (happy ending) atau menyedihkan.

4)      Perwatakan/penokohan : cara pengarang menggambarkan watak tokoh
5)      Latar
Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana sebagai lokasi dan situasi yang melingkungi tokoh-tokoh dalm cerita
6)      Gaya bahasa :corak bahasa yang digunakan
7)      Sudut pandang : cara pandang pengarang dalam  membawakan cerita
8)      Konflik : masalah  ynag terdapat dalam cerita
Konflik berkaitan erat dengan peristiwa. Konflik merupakan kejadian  untuk pengembangan plot. Konflik ditentukan oleh kehadiran masalah dalam cerita. Masalah tersebut membuat cerita menjadi hidup.

b.      Unsur ekstrinsik cerpen/novel.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang memengaruhi bagun sebuah cerita. Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur.
Menurut Wellek & Warren (1956), unsur ekstrinsikadalah:
1)      Keadaan subjektivitas individu pengarang misalnya: keyakinan, dan pandangan   hidup
2)      Keadaan psikologis, pengarang, pembaca, atau  penerapan prinsip psikologis dalam karya.
3)      Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4)      Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.

2.       Unsur Drama
Drama merupakan jenis  atau genre karya sastra yang berbentuk percakapan. Unsur drama sebagai berikut.
a.       Tema yaitu inti cerita
b.      Amanat yaitu  pesan yang ada dalam drama
c.       Alur yaitu rangkaian  peristiwa dalam drama
d.      Perwatakan yaitu watak tiap-tiap tokoh
e.      Konflik merupakan  masalah dalam drama
f.        Percakapan yiatu  dialog para pemain
g.       Tata artistik yaitu setting panggung
h.      Casting yiatu  pemilihan pemeran yang tepat
i.        Acting yaitu perilaku para pemain di panggung


MENULIS TERBATAS
A.      Mengisi Teks Rumpang dengan Istilah yang Tepat Sesuai Konteks
Suatu ilustrasi/bacaan biasanya disampaikan mellalui kat-kata atau istilah dengan makna yang lugas. Akan tetapi, ilustrasi juga dapat disampaikan dengan kata-kata yang bermakna kias, misalnya dengan menggunakan ungkapan (idiom) atau peribahasa.
Ungkapan (idiom) adalah kata atau gabungan kata dengan makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa atau situasi lain.
Contoh: Ia telah pergi untuk selama-lamanya
Kata “pergi” merupakan ungkapan yang berarti “meninggal”
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan sesuatu dan berisi pelajaran hidup.

B.      Melengkapi Unsur Teks Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan,  memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal. 
Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi
    Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
    Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
    Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
    Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada  
    Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu

C.      Melengkapi Unsur Teks Deskripsi
Karangan Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengar, merasakan, mengalaminya sendiri. 
Ciri-ciri / karakteristik karangan deskripsi
         Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu
         Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek yang  dideskripsikan
         Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa  tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan
         Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif), atau sikap penulis

D.      Melengkapi Unsur Teks Narasi dan Mengurutkan peristiwa dalam cerita
Karangan narasi ialah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya disusun  menurut  urutan  waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, otobiografi.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi
         Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa
         Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir
         Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian
E.       Melengkapi unsur karya sastra lama (pantun)
Pantun adalah bentuk puisi lam yang terdiri dari empat larik dengan rima ab-ab
Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
1.       Tiap baris terdiri dari emapt baris
2.       Tiap baris terdiri 8-10 suku kata atau 4 hingga 5 kata
3.       Bersajak ab-ab
4.       Baris pertama dan kedua merupakan sampiran
5.       Baris ketiga dan keempat merupakan isi

F.       Melengkapi Unsur Ulasan (Cerpen, Novel Atau Film)
Teks ulasan film atau resensi film adalah karangan yang berisi ulasan, pertimbangan, atau pembicaraan suatu karya (mis: film). Teks ulasan terkadang disajikan tidak lengkap atau rumpang. Untuk melengkapinya, Anda harus memahami isi teks. Kalimat yang tepat untuk mengisi teks yang rumpang adalah kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelum dan sesydahnya. Caranya, Anda harus menemukan kata/kalimat kunci yang bisa dijadikan jembatan untuk menghubungkan maksud cerita.

G.     Melengkapi Unsur Teks Prosedur (Langkah) dan Mengurutkan Langkah-langkah pada Teks Prosedur
Teks prosedur adalah jenis teks yang menjelaskan sebuah proses/langkah-langkah dalam membuat atau mengoperasikan sesuatu. Biasanya untuk indikator ini, pertanyaan yang akan muncul pada soal UN adalah “pernyataan yang sesuai atau pernyataan yang tidak sesuai dengan teks prosedur” atau “menyusun teks prosedur”. Jadi dalam menjawab soal seperti ini hati-hatilah dengan kata “sebelum” dan “sesudah”.
Struktur teks prosedur terdiri atas tujuan dan langkah-langkah. Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai. Sedangkan langkah-langkah adalah cara-cara yang ditempuh agar tujuan tercapai.

         Sebuah paragraf terkadang disajikan rumpang atau tidak lengkap. Sebuah paragraf rumpang dapat dilengkapi dengan kata, frasa, atau kalimat. Kata, frasa, atau kalimat yang digunakan untuk melengkapi paragraf rumpang harus sesuai dengan isi paragraf.

H.     Memvariasikan Kata dan Kalimat yang Bermakna Sama
Beberapa jenis kata memiliki variasi kata yang bermakna sama, yaitu:
1.       Sinonim
Sinonim adalah beberapa kata yang memiliki bentuk berbeda tetapi memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonim disebut juga persamaan kata.
2.       Konotasi
Konotasi adalah kata-kata yang menimbulkan nilai rasa (halus atau kasar) pada seseorang atau makna yang bukan sebenarnya.
Contoh:
Makna denotasi (sebenarnya)
Makna Konotasi (makna tambahan)
Mati
Meninggal, gugur, mampus
Kelompok
Komplotan, gerombolan
Bekas
Mantan, eks
Konotasi ada dua, yaitu:
a.       Ameliorasi, yaitu kata-kata berkonotasi halus, baik, tinggi, dan positif.
b.      Peyorasi, yaitu kata-kata berkonotasi kasar, buruk, rendah, dan negatif.
Contoh:
Ameliorasi
Peyorasi
Istri
bini
Tunanetra
buta
Tunawisma
gelandangan

I.        Menyusun Paragraf dari Beberapa Data
Pada soal UN akan disajikan beberapa data seperti gagasan utama dan gagasan-gagasan penjeles. Anda harus mampu menyusunnya menjadi paragraf yang padu. Agar paragraf padu, digunakan kata hubung atau konjungsi yang tepat. Berikut ini merupakan jenis-jenis kata hubung (konjungsi)
1.       Konjungsi koordinatif
Contoh: dan, serta, tetapi, sedangkan, melainkan, atau
2.       Konjungsi korelatif
Contoh:
a.       baik… maupun…
b.      tidak…tetapi…
c.       bukan…..melainkan…
d.      sedemikian….sehingga…..
e.      entah….entah…
f.        jangankan….pun
3.       Konjungsi subordinatif
a.       konjungsi waktu
ketika, sejak, sambil, selagi, sesudah, sebelum
b.      konjungsi urutan waktu
lalu, selanjutnya, kemudian, setelah itu
c.       konjungsi syarat
jika, kalau, jikalau, apabila, asal, bila, manakala
d.      konjungsi tujuan
agar supaya, biar
e.      konjungsi pengandaian
andai, andaikata, seandainya, umpamanya
f.        konjungsi perlawanan
biarpun, walaupun, meskipun
g.       konjungsi pembandingan
seperti, seolah-olah, seakan-akan
h.      konjungsi sebab
sebab, oleh karena itu, oleh sebab itu, karena
i.         konjungsi akibat/hasil
sehingga, akibatnya, maka, sehingga, sampai
j.        konjungsi atributif/perluasan
yang
k.       konjungsi perbandingan
sama…. dengan…., lebih….daripada…
l.         konjungsi komplemetif
bahwa
4.       konjungsi antarkalimat
contoh: oleh karena itu, walaupun demikian, akan tetapi, lagi pula, kecuali itu, selain itu, disamping itu, bahwasanya

J.        Menyusun Simpulan dari Beberapa Data
1.       Pernyataan umum
Berisi penjelasan umum tentang hal yang akan dibahas.
2.       Deretan penjelas
Berisi penjelasan tentang sesuatu atau data-data yang berkaitan dengan teks
3.       Interpretasi
Pengambilan kesimpulan dari pernyataan umum dan deretan penjelas. Pada teks anekdot, interpretasinya berupa pelajaran yang diperoleh dari cerita (koda)

MENYUNTING KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF
A.      Mengidentifikasi Kesalahan Penggunaan Kata
Dalam menulis sebuah kalimat, paragraf atau bacaan, seseorang harus pandai dalam pemilihan kata atau diksi yang tepat. Pemilihan kata yang tepat akan membuat kalimat, paragraf, atau bacaan tersebut jelas dan maksudnya dapat dimengerti orang lain. Diksi  atau pilihan kata yang digunakan seseorang harus dapat menyampaikan maksud orang tersebut. Selain itu menggunakan diksi yang sesuai, kalimat, paragraf, atau bacaan  dapat menggunakan ungkapan. Jika terdapat kesalahan penggunaan kata harus dilakukan penyuntingan
Dalam menyunting kata dalam paragraf, sebaiknya berpedoman pada KBBI, EyD, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Kata yang disunting dalam paragraf berupa kata tidak baku.
Contoh: resiko, disunting menjadi risiko
B.      Mengidentifikasi kesalahan penggunaan konjungsi
Konjungsi yang dianggap tidak tepat dan harus disunting sebaiknya berpedoman pada kaidah yang berlaku. Penyuntingan konjungsi memperhatikan makna dan maksud kalimat.

C.      Mengidentifikasi kesalahan penggunaan kalimat dan memperbaiki kesalahan penggunaan kalimat (kalimat rancu, ambigu, pemborosan, tidak logis, tidak lengkap)
Kalimat dianggap tidak tepat dan harus diperbaiki jika tidak efektif. Beberapa sebab terjadinya kalimat tidak efektif adalah sebagai berikut:
a.       Makna tidak logis: ia adalah pemenang terbaik ketiga, saya saling bersalaman
b.      Bentuk kata tidak sejajar: kata yang sejajar biasanya menggunakan imbuhan yg sama
c.       Menggunakan subjek ganda: majalah itu saya sudah baca
d.      Bentuk jamak yang diulang atau berlebihan (pemborosan): para majelis guru-guru
e.      Penggunaan kata depan dan kata tugas yang tidak perlu
f.        Salah nalar: yang punya HP mohon harap dimatikan
g.       Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing.
h.      Kerancuan: nilainya sangat baik sekali

D.      Mengartikan Kata
Dalam mengartikan kata dibutuhkan pengetahuan yang luas. Untuk itu Anda harus sering membaca. Selain itu, latihlah penalaran agar mudah dalam mengartikan kata

E.       Menggunakan istilah dalam kalimat
Pada indikator ini biasanya disajikan paragraf rumpang. Anda diperintahkan mengisi paragraf atau kalimat yang rumpang dengan istilah yang tepat.

F.       Menggunakan kata bentukan (mengisi sesuai kaidah bentukan kata)
1.       Penggunaan verba material, relasional, dan mental
a.       Verba material adalah verba yang menunjukkan fisik atau peristiwa.
Contoh: Ayah menelan obat penyakit demam.
b.      Verba relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas.
Contoh: Para pengedar narkoba mempunyai pangsa pasar tersendiri.
c.       Verba mental adalah verba yang digunakan untuk mengajukan klaim.
Contoh: Menurut pendapat saya, pengedaran narkoba di Indonesia sudah dikategorikan siaga satu.
2.       Menentukan kata bermakna proses atau hasil
a.      Kata berimbuhan ke-an sering digunakan untuk menandai informasi proses.
b.      Kata berakhiran -an sering dipakai untuk menandai hasil.








MENYUNTING EJAAN DAN TANDA BACA
A.     Mengidentifikasi kesalahan penggunaan ejaan (judul, sapaan/gelar, nama kota, kata depan)
1.       Penulisan judul
Judul yang digunakan sebagai “kepala” karangan harus ditulis secara jelas dan tegas. Judul karya ilmiah atau karya tulis ditulis dengan aturan sebagai berikut:
1)      Semua huruf pertama setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital kecuali huruf pertama kata depan (di, ke, dari) atau kata hubung (pada, dengan, dalam, terhadap, untuk, yang, atau)
2)      Judul yang berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital.
Contoh: Penetapan Undang-Undang Ketatanegaraan
3)      Judul yang berupa kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital untuk kata pertamanya dan kata keduanya tidak diawali huruf kecil.
Contoh: Manfaat Buah-buahan untuk Kesehatan

2.         Penulisan sapaan, gelar, dan singkatan
1)      Sapaan
Kata sapaan digunakan untuk menyapa seseorang. Kata sapaan dibedakan menjadi kata sapaan penunjuk kekerabatan dan kata sapaan hormat. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan menggunakan huruf kapital
Misalnya:
-          "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
-          Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
-          Surat Saudara sudah saya terima.
-          "Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.
-          Besok Paman akan datang.
-          Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
-          Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

2)      Gelar dan Singkatan
-       Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang ditulis dengan huruf kapital
Contoh: Raden Mas Joko, Pendeta Johanes, Haji Sulaiman
-       Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat huruf pertamanya huruf kapital dan diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
-          A.S. Kramawijaya
-          Muh. Yamin .
-          M.B.A.              master of business administration
-          M.Sc.                master of science
-          S.E.                  sarjana ekonomi
-          S.Akt               sarjana akuntansi
-          Bpk.                  Bapak
-          Sdr.                 Saudara
-          Kol.                   Kolonel
-          Yth.                  Yang terhormat

3.     Penulisan Kata depan (preposisi)
         Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
-          Kain itu terletak di dalam lemari.
-          Bermalam semalam di sini.
-          Di mana Siti sekarang?
-          Mereka ada di rumah.
-          Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
-          Ke mana saja ia selama ini?
-          Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
-          Mari kita berangkat ke pasar.
-          Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
-          Ia datang dari Surabaya kemarin.

2.       Mengidentifikasi kesalahan penggunaan tanda baca
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
E. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.


0 komentar: